Friday, January 8, 2010

Ada Apa dengan Persepakbolaan Indonesia

Setelah gagal bersaing di ajang Sea Games Laos, sekali lagi Tim Merah Putih harus menelan kekalahan dalam pertandingan Internasional Piala Asia, dan yang lebih memprihatinkan lagi Tim Merah Putih kalah di kandang sendiri. Kita tidak perlu menghakimi lebih dalam akan kapasitas dan kualitas Tim Merah Putih, tapi mari kita coba untuk melihat kebelakang apa sajakah faktor-faktor dominan yang menyebabkan Tim Merah Putih menjadi kurang punya “taji” di pertandingan Internasional.

Menurut saya pribadi saat ini Indonesia krisis akan pemain-pemain berbakat, kenapa demikian, bukan tidak mungkin ini adalah buah dari “membanjirnya” pemain asing yang merumput di Liga Indonesia. Bagaimana bisa faktor banyaknya pemain asing menyebabkan persepakbolaan di Indonesia menjadi turun prestasinya. Jika kita mau jujur, mayoritas pemain kunci di tiap klub di Liga Indonesia dikuasai oleh para "ekspatriat" sepakbola dari mancanegara. Pemain lokal saat ini bisa dianggap hanya sebagai pelengkap dalam sebuah tim sepakbola., terbukti hanya satu dua pemain lokal yang bisa berprestasi dan menjadi langganan pemain inti. Kenyataan saat ini Indonesia kekurangan striker yang handal karena posisi striker banyak didominasi oleh para ekspatriat, begitu juga di lini tengah terutama di bagian play maker, hampir semua tim posisi play maker dipercayakan kepada pemain asing, setali tiga uang untuk posisi stopper dan back juga tak lepas dari incaran pemin asing, bahkan akhir akhir ini posisi kipper pun mulai didatangkan dari luar negeri.

Ketidakpercayaan pengelola tim akan kualitas pemain lokal menjadikan pemain lokal semakin terpinggirkan dalam persaingan kompetisi, bahkan tidak pelak banyak yang di bangku cadangkan. Begitu ada kompetisi internasional, pengurus pusat akan kebingungan dalam memilih pemain-pemain lokal yang berkualitas dikarenakan stok pemain lokal yang ready to use dan siap berkompetisi sangat terbatas.

Keadaan inilah yang mau tidak mau diterima oleh persepakbolaan Indonesia saat ini, kurangnya bibit-bibit potensial yang siap berkompetisi dikarenakan kurangnya kesempatan bertanding karena ada sumbatan-sumbatan yang bernama pemain asing. Oleh sebab itu kami sarankan kedepan perlu kiranya dipertimbangkan ulang tentang kebijakan recruitment pemain asing. Menurut hemat kami recruitment pemain asing perlu dibatasi maksimal 2 (dua) pemain asing untuk setiap klub, sehingga makin banyak kesempatan pemain lokal untuk bermain, berkembang dan berkarya di Liga Indonesia. Selain itu pembatasan pemain asing juga meringankan beban klub, dan realokasi dana tersebut bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat semisal pendidikan bagi pelatih, pemain dan crew lainnya.

Masukan bagi PSSI dan Menpora terkait dengan kesejahteraan dan masa depan bagi atlit terutama atlit sepakbola perlu kiranya diperhatikan, sehingga reward yang jelas bagi atlit yang berprestasi akan menjadi semacam cambuk untuk terus meningkatkan prestasinya. Peningkatan beban kewajiban yang diikuti dengan peningkatan hak yang diterima bisa menjadi salah satu pertimbangan yang diprioritaskan terutama diberikan kepada para atlit sepakbola yang namanya dipanggil untuk membela nama baik bangsa.

Untuk jangka pendek, sebaiknya kebijakan sebagaimana dilakukan oleh Negara tetangga kita yaitu Singapura untuk membuka kran “naturalisasi” bagi pemain asing yang dianggap bisa mengangkat persepakbolaan Indonesia perlu dipertimbangkan, dengan harapan dalam waktu dekat dan instant mampu menutup kekurangan di lini lini sector dalam Tim Merah Putih

Semoga saja kedepan persepakbolaan Indonesia makin bersinar prestasinya dengan syarat memangkas factor-faktor penghalang tersebut dan mampu memunculkan bibit-bibit unggul berprestasi terutama di dunia persepak bolaan, semoga. (aditya nuryuslam)

Point of Views