Friday, May 15, 2009

Solo The Spirit Of Java

Ditengah kencangnya angin perubahan dan intervensi kebudayaan asing, masih terlihat asa meskipun redup di jantung budaya jawa tepatnya di kota Solo. Tak berbeda dengan kota-kota di seluruh dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, Solo sedikit banyak juga mengalami apa yang dinamakan akulturasi kebudayaan baik dengan budaya lokal maupun dengan budaya internasional.

Transisi kebudayaan di Solo dalam kurun 20 tahun terakhir memang menunjukkan ekskalasi yang cukup signifikan. Beragam bangunan modern mulai menghiasi di kota Solo dan sekitarnya, hal ini berimbas kepada di"lengser"kannya bangunan-bangunan tua yang notabene menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota Solo.

Di tengah semakin terkikisnya budaya dan peninggalan kota Solo, muncul gerakan untuk men"jawa"kan solo dan men "center" kan solo sebagai pusat budaya jawa dengan slogan Solo the spirit of java. Langkah positif ini bak gayung bersambut ketika Pemda setempat juga memberikan apresiasi yang signifikan terhadap program tujuan tersebut.

Pemda Solo memberikan kontribusi cukup besar terhadap gerakan Solo the spirit of java yaitu dengan menjaga kelestarian bangunan-bangunan bersejarah, menghidupkan kembali UKM khas Solo yaitu industri batik solo, serta menggiatkan kembali tradisi pasaran jawa. Bukan hanya itu Pemda juga mewajibkan penggunaan busana jawa kepada pegawainya dan pada event-event tertentu pegawai diharapkan menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa resmi perkantoran.

Upaya mengembalikan budaya jawa yang sempat tergilas oleh perubahan jaman ini memang patut diacungi jempol, setidaknya memberikan suri tauladan akan budaya adi luhung lokal yang tentunya lebih baik jika dibandingkan budaya luar yang dinilai kurang sesuai dengan kultur budaya jawa.

Point of Views